Selasa, 08 Juni 2010

Sejarah Eliatha

A UNIQUE CHURCH CHOIR



Paduan Suara ELIATHA

1. SEJARAH
Kalau saudara menyaksikan PS Eliatha dan memperhatikan personel personel-nya, maka saudara akan mengira bahwa PS Eliatha adalah Paduan Suara Lansia. Tidak salah pernyataan saudara. Memang para anggota PS Eliatha saat ini terdiri atas ibu ibu dan bapak bapak yang tidak muda lagi, bahkan sebagian dari mereka sudah dipanggil Opa dan Oma, alias sudah mempunyai cucu cucu. Lalu kapan mereka mulai bergabung menjadi anggota PS Eliatha ?, setahun, dua tahun atau sepuluh tahun yang lalu ?

Pada tahun 1959, kelompok Paduan Suara yang ada di Gereja Kristen Indonesia Karangsaru Semarang diberi nama Paduan Suara Eliatha. Para anggotanya terdiri dari muda mudi gereja yang gemar melayani dalam bidang nyanyian. Paduan suara ini beberapa kali berganti pemimpin dan melayani dalam Kebaktian Umum setiap hari Minggu atau event event tertentu misalnya Kebaktian Paskah atau Kebaktian Natal dan lainnya. Tercatat nama nama yang pernah memimpin paduan suara di GKI dari sejak berdirinya yaitu : Bp./Ibu Tan Hong Liang, Liem Djoen Nio, Tjan Hway Hoo, Liem Ban An, The Kian Kie, Siauw Hok Kie, Liem Hien Nio, Anna Lie, Oei Ping Hoo dan Usadi.

Perubahan terjadi sekitar tahun 1963, berkat dan kuasa Tuhan hadir,ketika PS Eliatha mendapatkan seorang pemimpin lulusan Tennese Temple College Amerika Serikat jurusan musik & ilmu jiwa yaitu ibu Debora Joshua atau yang dikenal dengan Elga Oey. Bukan hanya sekedar sebagai pemimpin dalam paduan suara, tetapi juga melatih olah vokal, memberi pelajaran cara bernyanyi dengan benar, dan menggembleng anggota yang mempunyai bakat dan minat menjadi kader kader conductor. Dengan disiplin yang tinggi serta didasari dengan motto diambil dari Mazmur 100:2 “Perbuatlah bakti kepada Tuhan dengan suka cita, datanglah kehadapan-Nya dengan sorak sorai, dengan menyanyi ramai ramai”. Hasilnya luar biasa, jumlah muda mudi gereja yang bergabung kedalam paduan suara bertambah tambah, dan kualitasnya meningkat.
Dan sampai hari ini, buah karya ibu Elga masih nyata, sekitar tujuh atau delapan orang didikan ibu Elga dapat mempimpin /menjadi pemimpin paduan suara di gereja mereka masing masing (sebagian masih aktif), dan mereka adalah :
- Sdr. Jochanan Widjaja , selain sebagai pemimpin PS Eliatha, juga seorang ahli musik yang mengaransir lagu lagu yang dinyanyikan PS Eliatha, serta aktif dalam pelatihan pelatihan. Berdomisili di Surabaya
- Sdr. Kristianto Widjaya (Tan Ngo Tjwan), pemimpin PS Eliatha serta melatih dan memimpin PS gereja, saat ini berdomisili sementara di Bali.
- Ny. Hendrata Santosa (So Kiem Oen) , memimpin PS Eliatha serta melatih dan meminpin PS di GKI Beringin Semarang.
- Istri Pdt. Emrt. A.L. Bintarto (Tan Sian Lan), memimpin PS di GKI Pekalongan
- Bp. Punardi Leksono (Lie Khing Poen), memimpin PS di GKI Peterongan Semarang
- Bp. Adi Rahardjo (Ie An Hauw), salah seorang memimpin PS di GKI Karangsaru Semarang.
- Yusup Wibowo (Tan Tjoei Kiem), berdomosili di Magelang
- Bp. Harun Kristian Hartanto (Tan Hing Khing), Berdomisili di Surabaya.
Banyak orang yang ikut terlibat dalam perjalanan sejarah PS Eliatha, baik sebagai pendukung, partisipant ataupun pemerhati dari saat pertama dibentuk yang sedikit banyak memberi dorongan bagi PS Eliatha untuk berkembang, tercatat nama nama : Alm.Bp. Titus Setiadji (Sie Kok Kie). Bp.Yahya K. Winata (Oei Kang Yan), Bp.B. Tedjorahardjo SH.(Mr.Tee Khik Siang), Bp. Hardjanto Nugroho (Go Hong Djwan), Alm.Bp.Endro Soaatmadja (Tan Tjiem Som), dan Alm. Sdr. Bhe Tjien Hian yang berjasa menciptakan logo PS Eliatha yang begambar kecapi, serta ketiga pendeta masa itu yaitu. Alm.Bp.Pdt. Soelaiman Bhudipranoto (Ds. Tan Kiem Liong), Alm. Bp.Pdt. Zacharia W.Susetya (Ds. Ie Hock Kwan) dan Pdt.Emrt. Samuel Dharmaatmadja (Ds. Nyoo Liang Sing). Kepada beliau beliau sepatutnya PS bersyukur dan beterima kasih sebesar besarnya.

Pada masa itu dibawah asuhan ibu Elga , PS Eliatha mengadakan konser vokalia lagu lagu daerah dan beberapa lagu lagu negera tetangga, bukan hanya dikota Semarang, tetapi juga ke beberapa kota lainnya. Di kota Semarang diadakan di Gedung Pertemuan Sukasari pada tanggal 23 – 24 April 1965. Pada kesempatan tersebut selain diisi dengan duet Ibu Elga dengan adik kandungnya Ibu Lia, juga mengikut sertakan soloist soloist Sdr. Na Kiem Hwie dan Sdr. Ming Ming. Adapun lagu lagu yang dipersembahkan pada konser tersebut :
- Untuk lagu lagu pujian :
Laskar Kristen Maju
Puji
Gloria
Rumah Tahan Banjir
Didalam Kasih Tuhan
Yang Mengharapkan Tuhan
Kalvary
Kepala Yang Berdarah
Yesus Dipaku Disalib
Yesus Kristus Bangkit
Hari Ini Yang Kudus
Haleluyah
- Sedangkan untuk lagu lagu daerah dan etnis :
Sakura
Ma Che Fu Tze Ke
Jaya Ho
Chitchirichit/ Leron Leron Sinta
Mabela Bimba/Perica/Los Carpinteros
Dari Sabang Sampai Merauke
Suwe Ora Jejamu
Saule
Potong Padi
Borero
O Inanikeke
Ala Tipang
Sigule Pong
Sing Sing So
Lorae Lorae
Yamko Rambe Yamko
Mari Pulang.

Dan pada tahun 1967, PS Eliatha sempat mengadakan tour pelayanan kebeberapa kota di Jawa Timur dengan semangat pemberitaan Injil, diantaranya melayani dalam upacara perletakan batu pertama pembangunan gedung gereja GKI Jombang, pelayanan pujian dan kesaksian di GKI Modjokerto, kemudian melayani di GKI ReSud Surabaya dan GKI Malang. Perjalanan menggunakan bus Komdak IX Jawa Tengah dan dikawal seorang anggota polisi adalah Bp. Kapten Pdt. Sumitro Siyo, maklum masa itu jalanan masih rawan setelah terjadinya G 30 S PKI.
Pada tahun 1966 yaitu tahun sebelumnya, PS Eliatha bersama dengan paduan suara-paduan suara sekota Semarang dalam rangka peringatan Paskah, bergabung dalam suatu paduan suara besar dengan jumlah personel sekitar 400 orang, mementaskan pagelaran agung “Jaya Wijaya Paskah”, menyanyikan 12 lagu yang menggambarkan kesengsaraan Tuhan Yesus sampai kepada kebangkitan dan kenaikanNya ke surga dibawakan secara berturutan. Pentas ini dipimpin oleh Bp. Pdt. Bill O’ Brian dari Gereja Baptis dan mendapat sambutan yang luar biasa serta menjadi berkat bagi jemaat gereja-gereja di Semarang pada waktu itu.
Kelak “Jaya Wijaya Paskah “ ini mengilhami PS Eliatha untuk berkarya dalam pelayanannya. Sepeninggal ibu Elga Oei tahun 1967, PS Eliatha tetap berjalan namun agak mengalami kemunduran. Terlebih dengan adanya rayonisasi GKI Karangsaru menjadi tiga Rayon yaitu GKI Rayon I Beringin, GKI Rayon II Karangsaru dan GKI Rayon III Peterongan sejak 1 Juli 1969. Kelak Rayon-Rayon ini bediri sendiri sendiri menjadi GKI Beringin, GKI Karangsaru dan GKI Peterongan. Dengan sendirinya anggota PS Eliatha terbagi bagi sesuai keanggotaan gereja mereka masing masing yang baru. Awalnya Paduan Suara diantara ketiga gereja tersebut ada yang masih menggunakan nama PS Eliatha, namun dalam perjalanannya nama PS Eliatha tidak dipakai lagi. Meski demikian eks anggota Paduan Suara Eliatha banyak juga yang tetap setia dalam pelayanannya dan menjadi anggota paduan suara di gereja mereka masing masing. Tak terkecuali, mereka yang telah pindah kelain kota karena menikah, karena alasan studi maupun mereka yang bekerja mencari nafkah. Suatu hal yang menjadi kebanggaan adalah, meski para eks anggota PS Eliatha tidak lagi berkumpul lagi dalam satu organisasi atau tidak bersama sama lagi dalam satu pelayanan, namun keakraban, rasa kebersamaan dan persahabatan diantara mereka tidak lenyap begitu saja. Ada saling kontak, bukan saja yang berada dalam kota, namun juga yang telah berdomisili dilain kota dan bahkan ada yang di luar negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar