Kamis, 10 Juni 2010

4. KANTATA PASKAH

Kantata Paskah menyajikan kisah penderitaan, kematian sampai kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga, maka pementasan Kantata Paskah ini hanya dilakukan pada bulan bulan dari hari Raya Jum’at Agung sampai hari peringatan Tuhan Yesus naik ke Surga, karena diluar itu kurang pas.

Kantata Paskah diawali dengan lagu “Haleluya Juru Selamat”, menceritakan kebesaran Kasih Tuhan Yesus Kristus yang dari Surga Mulia, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Pilipi 2 : 6-7)

Sepeti dinubuatkan oleh Nabi Yesaya (Yesaya 53 : 1-4), keselamatan itu tidak demikian mudah dimiliki oleh manusia berdosa : harus ada manusia yang tak berdosa untuk melalui jalan sengsara dan dikurbankan, mengucurkan darahnya guna menebus dosa seisi dunia.

Lagu “Bri ‘Ku Cerita Tentang Yesus” mengajak kita untuk mengingat kembali akan kebesaran Yesus dalam hidup-Nya yang hanya 33 tahun itu untuk berada diantara manusia, baik yang tua atau muda, bahkan anak anak kecil sekalipun, disegala bangsa untuk menebarkan kasih-Nya dan berkat-Nya yang luar biasa bagi mereka yang percaya kepada-Nya..

Melalui lagu “Kita Naik Ke Yerusalem” kita dibawa kepada perenungan kembali bahwa kita ini memang manusia yang bodoh dan bebal, yang tidak menyambut Kebesaran Kasih Yesus itu dengan suka cita, tetapi justru kita mengejek, menyesah, meludahi Yesus, bahkan kita telah membunuh-Nya..
Namun dapatkah kita menggagalkan karya Keselamatan Allah yang Maha Kuasa ?
Karena pada hari yang ketiga Allah telah membangkitkan Yesus dari kematian. Dialah Kristus Juruselamat yang telah mengalahkan maut, Puji Tuhan!

Mubaraklah Raja Israel, Hosana! Hosana Yang Maha Tinggi!.
Lagu “Mubaraklah Raja Israel” menggambarkan sifat manusia yang tatkala mempunyai keinginan dan maksud tertentu, menyambut Yesus demikian meriah, menyambut dan meng elu-elukan dan memuji-muji Yesus bagaikan seorang raja yang siap beperang, Manusia meninggikan DIA, memuliakan Nama Tuhan dan berharap Tuhan mau memenuhi keinginannya. Akan tetapi Yesus, Tuhan, adalah Allah Yang Maha Tahu, selalu mengerti apa dibalik hati manusia berdosa.

Lgu “Rumah-Ku Tempat Berdoa” menggambarkan betapa besarnya dosa manusia. Tuhan Yesus marah sebab Rumah Bapa-Nya yang disediakan sebagai tempat untuk berdoa dijadikan sarang penyamun.

Sungguhpun hati Yesus yang sedih, pedih, bahkan Yesus mengatakan “seperti mau mati rasanya”, tatkala para murid tertidur lelap, sementara Tuhan Yesus membutuhkan dukungan doa semua murid-Nya, sebelum DIA menjalani “via Dolorosa”. Demikian isi lagu “Malam Di Getsemane”. Sungguh Kebesaran Kasih-Nya sangat luar biasa. Walaupun jahat, manusia ditebusNya dari dosa mereka. Haleluyah, Terpujilah Sang Juru Selamat!

Lagu “Tengok ‘Ku Membawa Dia” mengajak kita merenungkan sifat manusia, yang jika sudah mempunyai satu keinginan seringkali menjadi gelap mata. Walaupun Pontius Pilatus dan Raja Herodes tidak mendapatkan apapun seperti yang dituduhkan kepada Yesus, apa lagi yang setimpal dengan hukuman mati, tetapi manusia begitu sadis dan brutal serta kejam telah memilih Barrabas, seorang pemberontak dan pembunuh untuk dibebaskan. Yesus yang hidupnya penuh kasih dan tak berdosa harus dihukum mati diatas kayu salib.

Selangkah demi selangkah dilaluinya jalan sengsara itu demi keselamatan manusia berdosa yang sudah menolak DIA. Beratnya salib diatas bahunya yang sudah lecet terkena cambukan bertubi-tubi, masih harus ditambah beban dosa manusia yang bertumpuk, demikian dilukiskan dalam lagu “Bagiku Sengsara-Nya”

Dari hati yang penuh kekecewaan dan kepedihan luar biasa menghadapi manusia manusia yang tidak tahu berterima kasih, keluarlah satu doa yang diucapkan dari mulut-Nya “Bapa, Ampunilah perbuatan mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, yang dinyanyikan dalam lagu “Bapa Ampuni”

“Jika Ku Pandang Salib Mu” lagu selanjutnya yang mengajak kita untuk membuat suatu kesimpulan, bahwa jikalau Tuhan Yesus mati diatas kayu salib untuk menanggung segala dosa serta hukuman yang seharusnya kita tanggung sendiri, apakah artinya sekarang segala kemegahan bagi kita ? Apa arti segala harta yang kita mau perembahkan kepada Tuhan ? Sebaliknya mari kita membuang semua nafsu duniawi kita, serta mempersembahkan hidup, jiwa dan raga kita kepada Tuhan.

Maut dan kubur tidak berkuasa lagi atas Nya, diungkapkan dalam lagu “Kristus Hiduplah”. Memang Yesus-lah Juruselamat, yang telah dibangkitkan dan hidup, demikian pula bagi semua manusia yang mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya.

Akhirnya lagu “Finale” mengungkapkan : Jika sangkakala berbunyi dan Yesus datang kembali untuk kedua kalinya, semua kita yang percaya akan disambut-Nya masuk ke surga trang , nyanyian berkumandang : Haleluya, Haleluya Juruselamat, Haleluya juruselamat, Haleluya ..Amin, Amin !

Dalam mengakhiri pementasan Kantata Paskah ini, dipersembahkan lagu : HALALUYAH CHORUS karya George Frederik Handel, sebagai saksi Kebesaran Kasih Yesus, yang juga dapat menjadi berkat bagi kita masa kini : “ sebab segala sesuatu adalah dari DIA, oleh DIA, dan kepada DIA; Bagi DIA-lah kemuliaan sampai selama lamanya!”
Tahun 1999 merupakan tahun I Kantata Paskah dipentaskan yang mengambil thema “Kebesaran Kasih Tuhan”, sebagai awal baru enam gereja yang mendapat giliran, maklum waktu yang terbatas dan perlu penyesuaian dengan program program masing masing gereja, dan keenam gereja yang kami maksud adalah:
- GKI Purwodadi
- GKI Karangsaru Semarang
- GKI Salatiga
- GKI Tegal
- GKI Gereformeerd Semarang
- GKI Beringin Semarang
Meski penampilan awal ini masih terdapat kekurangan kecil disana sini, namun secara keseluruhan hasilnya cukup bagus. Sebagai pimpinan pementasan Kantata Paskah
adalah Sdr. Jochanan Wijaya yang sekaligus menggubah kembali arangement lagu lagu, meski domisilinya di Surabaya. Beberapa rekan baik dari Magelang, Bandung, Jakarta maupun Surabaya juga ikut memperkuat tim dalam pementasan, karena kerinduannya untuk bersama memuji kebesaran nama Tuhan.

Pelayanan dalam tahun 1999 bukan hanya diisi dengan pementasan Kantata Paskah , namun diselingi pelayanan ke gereja gereja dengan lagu lagu pujian lain diluar Kantata Paskah.
Dalam bulan Agustus tahun 1999 ini terjadi pertemuan dengan Bp. Bill O’Brian pramakarsa dan pemimpin Kantata Jaya Wijaya Paskah tahun 1966 yang lalu atas prakarsa Bp. Yahya Kurnia Winatha. Juga mengundang beberapa gereja yang dulu ambil bagian dalam pementasan Jaya Wijaya Paskah . Dalam pertemuan ini Bp Bill O’ Brian mengemukakan gagasan untuk mementaskan Kantata Paskah ke-12 dengan naskah “Seven Last Words Of Jesus Christ” tahun depan (2000) sekitar bulan Maret-April. Perlu penjajagan terlebih dahulu karena melibatkan juga gereja gereja lain.

REUNI PS ELIATHA ke II
Enam tahun sudah sejak Reuni I PS Eliatha pada akhir tahun 1993. Program program pelayanan sudah dan sedang berjalan. Untuk lebih meningkatkan gairah pelayanan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai, pengurus menyelenggarakan Reuni ke II PS Eliatha pada akhir tahun 1999 dan tepatnya tanggal 31 Desenmber 1999 s/d 2 Januari 2000, di Wisma Elika Bandungan. Walau yang hadir tidak sebanyak Reuni ke I, namun cukup meriah. Selain Kebaktian, acaa diisi juga dengan ramah tamah dan permainan. Diharapkan dengan pertemuan kali ini akan menambah semangat dan mempererat hubungan antar anggota, serta meningkatkan semangat pelayanan pada masa masa mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar